Type Here to Get Search Results !

Apakah Wajar Kurma Berkutu? Ini Penjelasannya

Shopiah Syafaatunnisa 0

 

Kutu kurma
Ilustrasi (Foto: Unsplash) 

Kurma Garut - Temuan kutu kecil pada kurma sering memunculkan kekhawatiran. Sebagian orang langsung menganggapnya sebagai tanda kurma sudah lama atau tidak layak konsumsi. Padahal, fenomena ini tidak selalu sesederhana itu. Untuk memahaminya secara adil, kita perlu melihat kurma dari sudut pandang pangan alami, bukan produk instan.

Kurma adalah hasil bumi yang dipengaruhi oleh proses biologis dan lingkungan. Maka, pendekatan dalam menilai kualitasnya pun harus berbeda dengan makanan olahan pabrik. Dengan pemahaman yang tepat, konsumen bisa lebih bijak dan tidak mudah salah kaprah.

Sebab Kurma Adalah Jenis Buah

Kurma pada dasarnya adalah buah yang tumbuh secara alami di pohon, bukan hasil rekayasa industri. Meski tampilannya kering atau setengah kering, secara sifat ia tetap menyimpan unsur alami seperti gula, serat, dan sisa kadar air. Kondisi ini menjadikan kurma tetap memiliki daya tarik biologis bagi organisme kecil.

Kutu pada kurma umumnya bukan berasal dari proses pembusukan seperti pada makanan basi, melainkan dari serangga kecil yang tertarik pada gula alami. Dalam dunia pertanian dan pangan, hal ini cukup umum terjadi pada produk hasil bumi, termasuk beras, kacang-kacangan, dan buah kering lainnya. 

Artinya, keberadaan kutu tidak selalu menunjukkan kurma tersebut berbahaya, melainkan menandakan bahwa produk tersebut minim bahan kimia pengawet dan tidak diproses secara ekstrem.

Dengan kata lain, kurma berkutu tidak otomatis berarti rusak atau berbahaya. Justru dalam banyak kasus, itu menunjukkan bahwa kurma tersebut masih alami. Tantangannya bukan pada buahnya, melainkan pada bagaimana ia ditangani setelah dipanen.

Tidak Melulu Disebabkan Panen Lama

Banyak orang beranggapan bahwa kurma berkutu pasti disebabkan oleh panen yang sudah terlalu lama. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Kurma yang baru dipanen sekalipun tetap berpotensi didatangi serangga jika terpapar lingkungan terbuka dan tidak tertangani dengan baik. 

Proses distribusi juga berperan besar. Kurma melewati perjalanan panjang dari kebun, gudang, hingga ke tangan penjual dan konsumen. Dalam salah satu tahapan tersebut, jika kurma disimpan dalam kondisi terbuka atau tidak terlindung dengan baik, maka serangga dapat masuk dan bertelur. Hal ini bisa terjadi meskipun usia panen kurma masih tergolong baru.

Proses pascapanen seperti pengeringan, penyortiran, pengemasan, dan distribusi melibatkan banyak titik terbuka. Pada salah satu tahap ini, serangga dapat masuk, meskipun usia panen kurma masih baru. Artinya, waktu panen bukan satu-satunya faktor penentu munculnya kutu.

Pastikan Penyimpanan Penjualnya Benar

Faktor terpenting dalam mencegah kurma berkutu sebenarnya terletak pada penyimpanan. Kurma seharusnya disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari udara lembap, dan tidak dibiarkan terbuka terlalu lama. Penyimpanan yang baik akan menghambat serangga masuk dan berkembang.

Salah satu cara efektif adalah menyimpan kurma di pendingin atau ruang bersuhu sejuk untuk memperlambat aktivitas biologis.

Penyimpanan di pendingin oleh penjual membantu menghambat perkembangan telur serangga dan menjaga kesegaran kurma lebih lama. Cara ini umum dilakukan oleh penjual yang fokus pada kualitas. Kurma tetap alami dan tetap terjaga keamanannya.

Bagi konsumen, membeli dari penjual yang menyimpan kurma dengan benar adalah langkah penting untuk menghindari kurma berkutu. Cari kurma berkuakitas? Kamu bisa pesan di Kurma Garut ya! 

Apakah Kurma yang Terlanjur Berkutu Masih Layak Konsumsi?

Kutu pada kurma biasanya berasal dari serangga pangan yang tidak beracun dan tidak menghasilkan racun berbahaya seperti pada makanan busuk.

Namun, kelayakan konsumsi tetap bergantung pada kondisi kurma. Jika tekstur kurma masih normal, tidak berbau asam atau busuk, serta tidak berlendir, kurma tersebut pada dasarnya masih bisa dikonsumsi setelah dibersihkan dengan benar. Dalam praktik tradisional, banyak orang mencuci atau merendam kurma, lalu mengeringkannya kembali.

Meski demikian, dari sisi kenyamanan dan kehigienisan modern, sebagian orang memilih untuk tidak mengonsumsinya. Keputusan ini bersifat personal. Yang terpenting adalah memahami bahwa kurma berkutu tidak selalu berarti rusak, melainkan tanda bahwa produk tersebut masih alami. 

Berbeda halnya dengan jamur. Kurma yang sudah jamuran tidak layak dikonsumsi meskipun jamurnya terlihat sedikit. 

Jamur biasanya ditandai dengan munculnya lapisan putih keabu-abuan, kehijauan, atau kehitaman, disertai bau apek atau asam. Ini menunjukkan bahwa kurma telah mengalami perubahan kimia dan biologis. Pada kondisi ini, kualitas kurma sudah menurun dan tidak lagi berada pada kondisi aman seperti kurma segar.

Jamur menandakan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang sudah memengaruhi jaringan buah, bahkan bisa menghasilkan zat berbahaya yang tidak terlihat oleh mata. Jamur tidak cukup diatasi dengan dicuci atau dipotong sebagian, karena penyebarannya bisa terjadi di bagian dalam kurma.

Dengan demikian, kunci penilaiannya ada pada kondisi fisik kurma. Kutu masih bisa dibersihkan, sedangkan jamur adalah tanda kurma harus dihindari.

Kesimpulannya, kurma berkutu masih dapat dikonsumsi selama kondisi buahnya masih normal.

Jika kuma berkutu tetapi teksturnya tetap baik, tidak berlendir, tidak berbau asam, dan tidak menunjukkan tanda pembusukan, kurma tersebut pada dasarnya masih aman. Kutu dapat dibersihkan dengan cara mencuci kurma menggunakan air bersih, merendam sebentar, lalu mengeringkannya kembali. Semoga bermanfaat! 

Tags

Posting Komentar

0 Komentar